Indotimenews
, JAKARTA — Delegasi serikat pekerja
Starbucks
Corp. menolak tawaran kontrak terbaru dari perusahaan, yakni jaminan kenaikan gaji tahunan minimal 2%, lantaran dinilai tidak memenuhi syarat.
Serikat pekerja Workers United mengatakan, baru-baru ini, sekitar 500 barista yang mewakili lebih dari 550 gerai Starbucks yang tergabung dalam
serikat pekerja
di
Amerika Serikat
buka suara soal kenaikan gaji.
“Dari delegasi tersebut, 81% menolak usulan, 14% memilih menerimanya, dan sisanya abstain,” kata serikat pekerja Workers United seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (28/4/2025).
Adapun, kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan sementara pada lusinan masalah kontrak, termasuk soal keselamatan di tempat kerja, aturan berpakaian dan kebijakan kehadiran.
Namun, serikat pekerja menyampaikan bahwa tawaran itu tidak menjamin berapa jam kerja yang diperoleh karyawan per minggu. Karyawan juga menyoroti soal tunjangan perawatan kesehatan atau kenaikan gaji langsung.
“Para barista serikat pekerja meminta Starbucks untuk berinvestasi dalam upah dan tunjangan kami, yang dapat dilakukan dengan sejumlah cara, dan itu pada dasarnya berarti memasukkan lebih banyak uang ke dalam kontrak,” kata delegasi serikat pekerja Michelle Eisen dalam sebuah pernyataan dari Workers United.
Michelle menuturkan, pihaknya telah menyampaikan berbagai usulan tentang bagaimana mencapai peningkatan keseluruhan dalam gaji, tunjangan, dan jam kerja bagi barista yang tergabung dalam serikat pekerja.
“Tetapi kami belum melihat komitmen dari Starbucks untuk bernegosiasi dengan itikad baik atas ide dan opsi tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Starbucks mengatakan bahwa serikat pekerja memberikan para delegasi kerangka kerja yang tidak lengkap untuk dipilih,“yang secara efektif merusak kemajuan kolektif kita,” kata Starbucks dalam pernyataan melalui email.
Perusahaan itu mengatakan gaji barista mereka rata-rata lebih dari US$19 per jam dan kompensasi mereka bernilai lebih dari US$30 jika tunjangan juga dihitung.
“Starbucks tetap optimistis bahwa melalui kompromi yang produktif dan dialog yang saling menghormati, kami dapat menyelesaikan kontrak yang adil dan setara,” kata perusahaan itu.
Perusahaan menambahkan, beberapa manfaat yang menurut serikat pekerja kurang dalam proposalnya masih dibahas, dan bahwa 2% hanyalah batas minimum untuk kenaikan gaji setiap tahunnya.
Sejak 2021, serikat pekerja dan Starbucks telah bertemu selama setahun terakhir untuk mencoba menyusun kerangka perjanjian perundingan bersama di lokasi-lokasi yang telah diorganisir oleh Workers United.
Setelah bertahun-tahun berkonflik, kedua belah pihak mengumumkan pada Februari 2024 bahwa mereka telah sepakat untuk bekerja sama guna menyelesaikan perbedaan mereka.
Akan tetapi, negosiasi yang terjadi diakhir tahun kemarin batal dikarenakan pertikaian soal upah, dan Workers United sudah melanjutkan tindakan pemogokannya serta menyampaikan protesnya ke Dewan Federal Tenaga Kerja, sambil mengklaim bahwa perusahaan tersebut tidak berunding dengan jujur.
Pada bulan Januari 2025, Starbucks bersama dengan serikat buruh setuju untuk menghadirkan mediator agar dapat mendorong proses negosiasi lebih lanjut. Proses ini pun telah dijalankan sejak Februari 2025 dan terus berlanjut sampai saat ini, sesuai laporan dari serikat buruh tersebut.
“Penyesuaian gaji tahunan minimal 2% adalah peningkatan atas usulan Starbucks bulan Desember 2024 yaitu 1,5%,” ujar serikat pekerja.
Starbucks saat ini tengah menggeluti proses penyembuhan yang dikendalikan oleh CEO terbaru Brian Niccol, yang menjabat di perusahaan tersebut sejak September 2024 guna meredakan penurunan pendapatan.
“Brian Niccol menyampaikan niatnya untuk merombak perusahaan, serta bila hal ini sahih, langkah utamanya yakni mencapai kesepakatan kerja yang adil bagi sekitar 11.000 karyawan serikat di Starbucks dan jumlah mereka yang semakin meningkat guna mendukung pembangunan Starbucks yang lebih baik,” ungkap delegasi serikat pekerja Jasmine Leli seperti dikutip dari pernyataannya.